Sebagai bagian dari langkah strategis tersebut, Kemenperin melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) menjalin kerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mahasaraswati Denpasar. Sinergi ini akan diwujudkan melalui penelitian bersama bertema “Perancangan Model Bisnis Berlandaskan Prinsip Keberlanjutan dan Budaya Lokal”.
“Kolaborasi antara BPIFK dan FEB Universitas Mahasaraswati diharapkan berkontribusi besar bagi pengembangan industri kreatif fesyen dan kriya, melalui penelitian yang tidak hanya menekankan aspek ekonomi, tetapi juga menyeimbangkan dimensi sosial, lingkungan, dan budaya,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Kerja sama ini menjadi bagian dari Nota Kesepahaman antara BPIFK dan Universitas Mahasaraswati Denpasar yang mencakup pendidikan, penelitian bersama, publikasi ilmiah, hingga pengembangan inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, perjanjian ini juga mengakomodasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat seperti pelatihan, workshop, pendampingan, penyuluhan, dan pameran untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif.
“Perjanjian ini bertujuan mengoptimalkan peran Tridharma Perguruan Tinggi sekaligus meningkatkan daya saing IKM. Untuk memberikan dampak yang lebih kuat, tentu kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri,” tegas Reni.
Sekretaris Ditjen IKMA Yedi Sabaryadi menyampaikan, sinergi ini menjadi wujud nyata kolaborasi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan pelaku industri.
Dalam penelitian ini, terlibat empat peneliti dari FEB Universitas Mahasaraswati Denpasar, yakni Ni Wayan Rustiarini; Ni Putu Nita Anggraini, S.E., M.M.; I Putu Wahyu Dwinata JS, S.E., MBA; serta Kepala BPIFK, Dickie Sulistya Aprilyanto. Dickie berharap model bisnis yang dihasilkan dapat menjadi acuan praktis bagi IKM dalam membangun usaha yang berkelanjutan, kompetitif, dan berbasis kearifan lokal.
Penelitian ini mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui skema Penelitian Terapan Luaran Model (PT-LM).Sebagai langkah lanjutan, BPIFK menggelar Focus Group Discussion (FGD) dan Expert Testing pada 17 Juli 2025, dengan menghadirkan pakar model bisnis berkelanjutan, akademisi, pelaku IKM, dan perwakilan kementerian/lembaga untuk memberikan masukan konseptual dan aplikatif.
Diskusi ini juga melibatkan pelaku IKM fesyen dan kriya berkelanjutan di Bali seperti Annisa Fauziah (TRI-Cycle), Kadek Sudantara (Pagi Motley), dan Anak Agung Indra Dwipayani (Agung Bali Collection).